Jumat, 31 Juli 2009

Upaya Pengendalian Penyakit Layu pada PISANG

Mengingat penyakit yang mendominasi tanaman pisang di Kalimantan Selatan adalah layu bakteri/penyakit darah, maka berikut ini adalah metode pengendalian penyakit tersebut. Memperhatikan metode penularan dan cepatnya infeksi penyakit di dalam tanaman, maka pengendalian yang disarankan lebih ditekankan pada pencegahan daripada pengobatan. Metode yang dapat diterapkan adalah:

a. Eradikasi
Pada umumnya, tanaman-tanaman yang telah terinfeksi penyakit bakteri sangat kecil kemungkinannya untuk disembuhkan. Pada tahap ini eradikasi terpaksa harus dilakukan agar tidak terjadi sumber penular bagi tanaman-tanaman di sekitarnya. Eradikasi harus dilakukan dengan cara yang ekstra hati-hati agar tanaman terinfeksi yang dibongkar tidak tercecer sehingga menulari tanaman yang lain. Selain dengan cara membongkar dan menggali tanaman terinfeksi, eradikasi dapat juga dilakukan dengan cara membakar atau menginjeksi tanaman dengan bahan kimia (minyak tanah atau herbisida). Dengan cara tersebut, kemungkinan penyebaran bahan tanaman terinfeksi dapat diperkecil.


b. Penggunaan bibit bebas penyakit
Penggunaan bibit sehat merupakan langkah awal dari keberhasilan usaha. Pengadaan bibit sehat yang paling mungkin adalah melalui kultur jaringan. Karena perkembangan penyakit layu bakteri pisang di dalam tanaman terjadi sangat cepat (3 – 4 minggu), maka bibit hasil kultur jaringan hampir dapat dipastikan bebas dari bakteri patogen. Yang harus diingat adalah bahwa bibit bebas penyakit (hasil kultur jaringan) tidak sama dengan bibit tahan penyakit, bahkan pada kenyataannya di lapang justru lebih rentan terhadap penyakit. Karenanya, pemeliharaan dan pengendalian penyakit di lapang harus tetap dilakukan.

c. Budidaya tanaman sehat
Berbicara tentang pengendalian penyakit tidak dapat dilepaskan dari pemeliharaan tanaman yang optimal. Ketahanan tanaman dapat diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan tanaman yang baik, antara lain pembubunan, pemupukan, pengairan, dan sanitasi kebun. Karena proses pemeliharaan tanaman ini banyak melibatkan aktivitas manusia dan menggunakan peralatan yang memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk menularkan penyakit, maka harus diupayakan agar aktivitas pemeliharaan ini tidak justru menyebarkan penyakit, diantaranya dengan cara mengatur agar pekerja tidak bergerak dari tanaman sakit ke tanaman sehat dan sterilisasi alat-alat yang baru saja digunakan untuk memotong tanaman sakit. Peralatan (pisau, parang) yang digunakan untuk membersihkan daun, memotong tanaman, jantung dan panen sebaiknya dibersihkan menggunakan alkohol atau sabun deterjen setelah memotong bagian tanaman yang sakit, sehingga peralatan bersih dari bakteri inokulum.

d. Pemanfaatan agen pengendali hayati
Pemanfaatan agen pengendali hayati terutama dilakukan untuk mengurangi sumber bahan penular (inokulum) yang terdapat di dalam tanah. Beberapa agen pengendali hayati telah banyak tersedia di pasaran. Pemanfaatan agen pengendali hayati juga dapat ditujukan terhadap kompleks hama, sehingga peluang penularan melalui vektor dapat ditekan.

e. Pembungkusan tandan buah dan pemotongan bunga jantan
Metode ini dilakukan untuk mengurangi peluang penularan tanaman melalui serangga pengunjung bunga pisang. Meskipun tidak menjamin 100% terbebasnya tanaman dari infeksi penyakit, metode ini dapat menurunkan intensitas serangan sampai tingkat 20-30%. Pembungkusan bunga dilakukan segera setelah bunga keluar menggunakan plastik biru, kantung semen, karung dan bahan-bahan pembungkus lain yang aman. Penggunaan plastik transparan berwarna putih tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan buah menjadi terbakar.

f. Pengendalian serangga vektor
Mengingat bahwa hampir seluruh hama yang terdapat pada kompleks pertanaman pisang memiliki peluang untuk menularkan penyakit, maka pengendalian harus dilakukan secara menyeluruh terhadap semua hama yang ada. Ambang kendali hama semakin rendah pada wilayah-wilayah yang terdapat sumber penular penyakit. Selain metode perlindungan bunga dan tandan buah melalui pembungkusan dan pemotongan bunga jantan, pengendalian serangga vektor dapat dilakukan secara kultur teknis, hayati, mekanis maupun kimiawi.
g. Menghindarkan pemindahan bahan-bahan tanaman terinfeksi dari daerah endemis ke daerah non endemis
Peran manusia dalam penularan penyakit-penyakit pada tanaman pisang sangat besar, baik di dalam kebun melalui aktivitas kerja, maupun antar kebun dan bahkan antar wilayah melalui pergerakan bahan tanaman terinfeksi. Bahan tanaman terinfeksi ini dapat berupa bibit maupun hasil panen. Seringkali tanaman terinfeksi belum/tidak memperlihatkan gejala dari luar sehingga masih laku dijual dan didistribusikan ke lain tempat. Setelah diketahui oleh konsumen bahwa buah tersebut ternyata busuk, maka kemudian dibuang begitu saja dan menjadi sumber penular yang potensial. Pada taraf ini penerapan karantina tumbuhan sangat diperlukan.

h. Pengembangan sistem pola tanam pisang multi varietas
Karena masing-masing penyakit pada tanaman pisang menimbulkan kerusakan yang spesifik varietas, maka pengembangan pisang multi varietas akan dapat mengurangi resiko kegagalan akibat serangan penyakit. Sebagian besar kerusakan tanaman pisang di Sulawesi Tenggara akibat penyakit layu bakteri terjadi pada pisang Manurung (Kepok) dan jarang dijumpai terjadi pada pisang-pisang konsumsi segar. Pengembangan dan penyebaran varietas pisang yang ada saat ini tampaknya dipengaruhi oleh preferensi konsumen setempat, pengalaman petani dan kesesuaian lahan terhadap masing-masing varietas.

i. Melakukan sosialisasi pengendalian ke semua pihak yang terlibat dalam pengembangan komoditas pisang
Kunjungan lapang menunjukkan bahwa hampir semua pihak yang terlibat dalam budidaya dan pengembangan tanaman pisang, baik petani, pedagang maupun penyuluh, tidak mengetahui dan tidak menerapkan upaya-upaya pengendalian yang seharusnya dillakukan. Sosialiasi teknologi pengendalian sangat diperlukan untuk merubah pemahaman petani dari mengobati penyakit menjadi mencegah terjadinya serangan penyakit. Upaya sosialisasi ini dapat dilakuk secara langsung terhadap petani maupun melalui TOT (training of trainer) terhadap penyuluh dan pengamat hama penyakit tanaman.

Catur Hermanto dan Agus Sutanto (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok) dan Agus Hasbianto (BPTP Kalimantan Selatan)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ©2007
Jln. Panglima Batur No.4 Banjarbaru 70711
Telp. (0511) 4772346 Fax. (0511) 4781810 e-mail: bptp-kalsel@litbang.deptan.go.id


Link yang berkait dengan Penyakit Layu Pisang
Dapat anda klik dibawah ini :
1. Balikabi

klik di sini

2.Blog pribadi tentang Penyakit Layu Pisang

klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar