Penyakit kedelai cukup banyak mulai dari fase awal pertumbuhan hingga fase reproduktif . Penyakit kedelai dapat disebabkan oleh kelompok cendawan, bakteri, virus, dan nematoda. Ciri-ciri umum dari cendawan adalah tidak berklorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, cendawan tidak dapat mengolah bahan anorganik (CO2 dan H2O) menjadi bahan organik. Bahan organik sebagai sumber energi dan pertumbuhannya harus diperoleh dari tumbuhan atau hewan. Cendawan saprofit yaitu menggunakan bahan organik dari bahan hayati, sedangkan kelompok parasit tumbuh pada tumbuhan hijau. Sebagian besar cendawan bersifat parasit fakultatif, yaitu dapat hidup secara saprofit pada bahan makanan jaringan tumbuhan mati. Kelompok parasit obligat, yaitu tumbuh dan berkembang pada jaringan tumbuhan hidup.
Cendawan menghasilkan hifa yang tumbuh dan bercabang membentuk badan vegetatif yang disebut dengan miselium (Moore-Landecker 1996). Cendawan berkembang dan menyebar dengan memproduksi spora (aseksual) dan spora (seksual). Siklus aseksual lebih penting dibandingkan siklus seksual karena sebagaian besar dihasilkan spora aseksual dan dapat berlangsung berulang kali selama masa pertanaman (McCoy et al. 1975). Spora mudah tersebar oleh angin, air, manusia, serangga maupun hewan.
Penyebab penyakit kedelai yang lain, yaitu virus yang mempunyai karakter antara lain terdiri asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA) yang diselubungi kulit pelindung berupa protein atau lipo-protein (Alquist et al. 1984; Patricc & Voinnet 2005). Semua virus yang menginfeksi tanaman kedelai mengandung RNA. Partikel virus (virion) memperbanyak diri di dalam sel-sel inang hidup karena virus bersifat parasit obligat. Virion dapat berbentuk batang (filamen), bola (isometrik) atau
-->
basil (eliptik), berukuran 10-70 nm, bahkan sampai 2 µm. Virion hanya dapat diamati dengan mikroskop elektron. Penularan virus dalam tanaman terjadi karena pelukaan oleh serangga, nematoda, atau fungi, melalui tanaman parasitik, inokulasi bersifat mekanik, atau aktivitas manusia. Gejala penyakit akibat virus mulai dari infeksi laten sampai tanaman mati. Perkembangan virus di dalam tanaman dapat menyebabkan kerdil, daun menjadi mosaik, menguning atau memerah, mengering (nekrosis).
Mari kita mulai mulai mengenal
Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.)
Gejala penyakit
Tanaman kedelai mulai terinfeksi pada umur 14-21 hari setelah tanam (HST), gejala berupa bercak-bercak kecil pada permukaan daun (Gambar 3a) khususnya permukaan bawah yang berisi kumpulan uredia (Gambar 3b). Bercak akan berkembang ke bagian daun yang ada di atasnya dengan bantuan percikan air atau angin dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak juga dijumpai pada tangkai daun maupun batang. Pada umumnya bercak dijumpai lebih banyak pada permukaan daun bagian bawah. Satu bercak berisi 1-4 uredia, bercak berwana coklat hingga coklat gelap. Uredia menghasilkan urediospora infektif yang dapat dihasilkan 6-8 kali siklus selama satu masa pertanaman kedelai (90-100 hari). Serangan yang parah berakibat daun nekrotik dan kering (Gambar 3c & 3d) kemudian gugur sebelum waktunya. Serangan cendawan pada varietas yang rentan menyebabkan biji tidak akan terbentuk. Kehilangan hasil bervariasi antara 40-90% (Levy 2005; Goellner et al. 2010).
Epidemiologi
Kondisi lembab pada daun sangat diperlukan untuk perkecambahan urediospora. Urediospora berkecambah membentuk apresorium kemudian menembus langsung epidermis dan infeksi berlangsung 7 jam setelah penetrasi pada suhu 18-21oC (Suzana 2006). Tabung kecambah terbentuk pada suhu 8-30oC, suhu optimal 15-20oC. Daun kedelai yang terinfeksi pada suhu 20oC tampak klorotik atau bercak coklat 5 hari setelah inokulasi. Uredium terbentuk 12-14 hari setelah infeksi. Uredia dapat bertahan hidup selama 40-60 hari pada jaringan daun dan 10-40 hari di dalam tanah. Faktor cuaca/iklim sangat menentukan fluktuasi intensitas penyakit karat terutama suhu, kelembaban, intensitas penyinaran, dan curah hujan. Pada daun tua yang terinfeksi cendawan akan terbentuk telia (spora seksual) pada jaringan daun di sekitar bercak. Cendawan ini dapat membentuk spora lain, yaitu pikniospora atau aesiospora). Tanaman inangnya cukup banyak meliputi 87 spesies dalam 35 genus, diantaranya kacang asu (Colopogonium mucunoides), bengkuang (Pachyrhizus erosus), kacang kratok (Phaseolus lunatus), kacang kapri (P. sativum), kacang polong (P. vulgaris), dan kacang panjang. Spora tidak menginfeksi biji karena parasit obligat tetapi uredia mampu terbawa benih.
Pengendalian
- Menanam varietas resisten (Burangrang, Nanti, Argomulyo, Bromo, Pangrango).
- Menanam serempak pada musim kemarau atau musim hujan dengan curah hujan maksimum 50 mm/100 hari.
- Aplikasi fungisida triadimefon dan mankozeb (Muller et al. 2009).
- Aplikasi minyak cengkeh 10% (Sumartini 2009).
- Aplikasi cendawan Lecanicillium lecanii (Prayogo et al. 2009
Gambar Gejala serangan P. pachyrhizi pada permukaan daun bagian atas (a) gejala serangan P. pachyrhizi pada permukaan daun bagian bawah (b & c), dan gejala nekrotik akibat serangan lanjut oleh P. pachyrhizi (d).
Email: manik_galek@yahoo.com
Terima kasih pak...sangat bermanfaat...
BalasHapusTerima kasih infonya ini sngat berguna sekali bagi para petani,,,
BalasHapusSay mo tanya pak Di mana tempat untuk mengikuti pelatihan pertanian secara peroranagn
Terima kasih
Salam hormat
semoga info ini dapat meningkatkan semangat dan produktivitas petani Indonesia, dan mampu swa sembada kedelai di masa depan
BalasHapusThanks for good article nice wesbite by the way. Would u visit our website on : Kampus terkemuka
BalasHapus