Sebuah teknologi pengomposan dikatakan unggl jika mampu menghemat waktu proses pengomposan. Jika selama ini, proses pengomposan diperlukan waktu 3 – 4 bulan, dengan cara ini proses itu bisa dipercepat 1 – 2 bulan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah meneliti dan mengembangkan proses pengomposan limbah kebun dan limbah pabrik kopi dan kakao dengan perlakukan mekanis agar waktu pengomposan dapat diperpendek ( 1 -2 ) bulan. Dengan pemanfaatan paket teknologi ini diharapkan ketergantungan dan biaya produksi penggunaan pupuk an organik dapat dikurangi.
Proses produksi kompos diawali dengan penyiapan bahan baku dari beberapa jenis biomasa yang tersedia di kebun dan dikelompokkan atas dasar jenis , ukuran dan nilai perbandingan kandungan senyawa karbon dan nitrogen ( C/N) rasio
Jenis biomasa yang berukuran phisik besar umumnya dari bahan dengan nilai ( C/N tinggi) harus dicacah terlebih dahulu, secara mekanis sampai diperoleh ukuran serpihan 5 – 15 mm
Sedangkan bahan dengan nilai C/N rendah ( kotoran hewan) umumnya mempunyai ukuran phisik yang sudah kecil dan langsung bisa dipakai. Untuk mendapatkan laju dekomposisi yang optimal serpihan dari dua atau tiga jenis biomasa dicampur dengan proporsi tertentu ( sesuai nilai C/N) yang dimilikinya, sehingga diperoleh campuran biomassa dengan nilai C/N antara 30 - 35 %
Selain untuk menghasilkan campuran serpihan dengan nilai C/N optimal, campuran serpihan dengan variasi ukuran akan menghasilkan gundukan yang berongga (porositas tinggi) sehingga aliran udara mudah masuk ke dalam tengah gundukan.
Proses pengomposan campuran biomassa secara sederhana dapat duilakukan dengan metoda gundukan.
Gundukan adalah lebar 1,25 - 1,50 meter, panjang 8 – 10 meter dan tinggi puncak gundukan anatra 0,80 – 1 meter. Bambu atau pipa paralon ditancapkan tegak lurus kedalam gundukan pada setiap 1 meter sepanjang alur gundukan untuk pemasukan udara. Dibagian dasar gundukan juga diletakan beberapa lonjor bambu yang berfungsi selain untuk masukan udara juga untuk lobang pengeluaran ( darinase) air. Gundukan biomassa yang sudah terbentuk kemudian disiram dengan larutan kotoran sapi 5 % sampai kadar air biomassa mencapai 50 -60 %.
Permukaan gundukan kemudian ditutup dengan plastik atau terpal untuk pelindung saat air hujan dan penahan kehilangan panas, Panas berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi senyawa organik dan sekaligus membunuh bakteri yang bersifat panthogenik, Setiap 2 hari sekali, tutup dibuka untuk mengontrol suhu gundukan dan mengaduk partikel biomassa dibagian dinding gundukan agar proses dekomposisi berlangsung lebih seragam. Proses pengmposan ini membutuhkan 3 – 4 minggu sampai diperoleh kompos matang dengan nilai C/N kurang dari 20
Pada bagian dasar bak disusun papan kayu tebal 30 – 50 cm , dan berlubang. Diameter lubang 10 mm dengan jarak antar lubang 100 mm untuk mempermudah biomassa. Seperti halnya pada cara gundukan untuk memperlancar aliran oksigen, nenerpa bambu atau pipa paralon berlubang seperti seruling ditancapkan tegak lurus ke dalam tumpukan setiap 1 meter sepanjang alur bak.
Sebelum kompos diaplikasikan ke tanaman, hasil kompos perlu di anginkan terlebih dahulu selama 1 – 2 minggu untuk penurunan suhu dan stabilisasi nilai pH jika hasil kompos akan dijual kepada pengguna diluar kebun, kompos tersebut perlu dikeringkan secara alami ( penjemuran) atau secara mekanis sampai kandungan airnya turun menjadi 23 – 25 %. Hasil kompos kemudian dikemas dalam karung plastik yang telah dilengkapi dengan label nama produk, dan kandungan hara yang tersedia.
Diambil : Tabloid SINAR TANI, Edisi 15 -21 April 2009 No. 3299 Tahun XXXIX
Oleh : Dr Ir. Sri Mulato, MS, Ir. Sukrisno Widyotomo, MS, Edy
Suharyanto, STP
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar